Kamis, 11 Februari 2016

Mengenal Format RAW Dan Perbandingannya Dengan Format JPEG



RAW juga dikenal sebagai "digital negatives" adalah file gambar "hampir proses" yang bersumber langsung dari sensor kamera. Format RAW ini benar-benar "mentah", seperti bahan makanan yang perlu dipersiapkan dan dimasak sebelum disajikan. Tidak seperti file JPEG yang dapat dengan mudah dibuka, dilihat dan dicetak oleh sebagian besar software editing, sedangkan RAW merupakan format properti yang terkait dengan produsen kamera dan sensor, dan karena itu tidak didukung oleh beberapa software.

Adapun pertanyaan umum yang sering diajukan oleh pemula tentang mana yang lebih baik untuk digunakan apakah format RAW atau JPEG jawabannya adalah tergantung tujuan dan kebutuhan fotografi Anda. RAW maupun JPEG masing-masing memiliki keuntungan dan kekurangan. Memang ada beberapa fotografer yang menetapkan pilihan untuk selalu menggunakan file RAW tapi bukan berarti RAW unggul dalam segala hal.

Hubungan RAW Dengan Olah Digital


Salah satu kegunaan yang paling dibutuhkan dari file RAW ini adalah pada tahap olah digital atau pengeditan gambar. File RAW ini membawa sejumlah data sesuai setingan kamera Anda, yang bisa Anda ubah melalui sofware khusus pengolah file RAW. Oleh sebab itu 1 file RAW biasanya memiliki kapasitas sekitar 30-60MB yang jauh lebih besar dari file JPEG.

Adapun data yang bisa Anda ubah dalam pengolahan file RAW adalah white balancepicture styleeksposursecara keseluruhan, dan beberapa lainnya sesuai pengaturan di kamera Anda. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pengolahan / pengeditan file RAW sama saja dengan Anda mengoreksi / membetulkan kembali beberapa pengaturan yang Anda gunakan saat memotret. Misalkan: ketika Anda memotret sebuah momen yang bagus tapi sayangnya Anda salah menggunakan white balance, maka Anda bisa membetulkan kekeliruan tersebut dalam proses olah digital. Itulah keunggulan file RAW yang tidak bisa dilakukan pada file JPEG.

Apa ini sebuah keuntungan? Ya, ini adalah keuntungan dalam pengolahan gambar dengan menjaga agar gambar tetap dalam kemasan orisinil, tidak dimodifikasi, dan bukannya manipulasi seperti yang dilakukan oleh photoshop. Jika Anda ingin melakukan pengeditan secara ekstrim seperti memanipulasi gambar menggunakan photoshop, maka sebaiknya gunakan saja format JPEG.

Akan tetapi tidak semua software bisa menerima file RAW, oleh sebab itu setiap produsen kamera membekali software khusus pengolah file RAW yang disimpan pada disc dalam paket kamera yang akan dijual. Apakah Anda masih menyimpan disc tersebut? Sebaiknya cari sekarang, jangan sampai hilang ya gaess!!

Hubungan RAW Dengan Data EXIF


File RAW maupun JPEG menyimpan sejumlah informasi spesifik (metadata) seperti perlatan yang digunakan serta informasi terkait terbentuknya sebuah gambar, yang disebut sebagai data EXIF. Informasi ini memuat keterangan antara lain: jenis kamera atau lensa yang digunakan, nilai ISO, shutter speed, diafragma, white balance, metering, dan masih banyak lagi. Untuk melihat informasi data EXIF sebuah gambar melalui laptop Anda cukup dengan mengklik kanan pada gambar, pilih "Properti", kemudian pilih tab "Detail".

Apa hubungannya dengan file RAW? Ketika Anda mengolah file JPEG melaui software editing apapun itu, mungkin Anda bisa leluasa mengedit sesuka hati, akan tetapi gambar Anda bukan orisinil lagi dan beresiko kehilangan informasi data EXIF. Beda halnya dengan pengolahan file RAW bersama sofware khususnya, memang pengolahannya terbatas tapi orisinil gambar dan data EXIF masih terjaga. Hal itu karena sofware memang hanya menyediakan fitur pengeditan yang hanya sesuai pengaturan pada kamera Anda. Inilah yang saya maksud dari pernyataan saya sebelumnya (baca paragraf kedua di atas) bahwa pemilihan antara file RAW atau JPEG itu adalah "sesuai tujuan dan kebutuhan fotografi Anda". Jika Anda ingin menghasilkan karya-karya yang masih terkesan original maka RAW adalah pilihannya.

Apakah Anda sering mengikuti lomba fotografi? Ini juga disebut tujuan dalam memotret. Banyak aturan lomba yang membolehkan pengeditan gambar terbatas atau seperlunya saja (bukan manipulasi) seperti membetulkan kecerahan, ketajaman dan cropped. Oleh sebab itu fotografer yang berpengalaman pasti akan menggunakan file RAW saat mengambil gambar yang akan diikutkan dalam lomba. Karena file RAW sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan lomba dan masih dapat menjaga informasi data EXIF yang biasanya dijadikan sebagai pertimbangan oleh juri lomba saat menilai sebuah gambar.

Sebaliknya, jika kebutuhan fotografi Anda katakanlah sebagai fotografi pernikahan maka cocoknya Anda menggunakan file JPEG. Mengingat pemotretan pernikahan selalunya menghasilkan jumlah foto yang sangat banyak, maka jika Anda menggunakan file RAW dengan sizenya yang sangat besar bisa memakan banyak tempat di memori kamera Anda, dan memori akan menyimpan lebih sedikit gambar RAW ketimbang gambar JPEG.

Hanya saja, file RAW ini benar-benar file mentah yang tidak akan bisa dilihat diperangkat lain selain kamera Anda. Dan jika Anda ingin melihat dan menyimpan gambar berformat RAW di perangkat Anda (laptop atau smartphone) maka file RAW tersebut perlu di konversi menjadi file JPEG menggunakan software yang sama yaitu software khusus pengolah file RAW. Kesimpulannya bahwa pada akhirnya file RAW ini nantinya juga akan menjadi file JPEG, hanya saja sebelum dikonversi Anda masih bisa mengoreksi dan mengedit file RAW tanpa harus kehilangan data EXIF dan gambar masih dalam keadaan orisinil / non-modifikasi. Paham?

Keunggulan Format RAW


  • Dibandingkan dengan 8-bit pada format JPEG yang hanya dapat berisi hingga 256 warna Merah, Hijau dan warna Biru (total 16 juta), 12-bit pada format RAW mengandung jumlah sebagian besar informasi dengan 4.096 nuansa Merah, Hijau dan Biru (setara dengan 68 miliar warna). 
  • Pada Nikon D700, telah diuji bisa merekam 14-bit file RAW, yang setara dengan kira-kira sekitar 4,3 triliun warna. Itu jumlah warna yang sangat banyak dibandingkan dengan total 16 juta warna.
  • File RAW berisi berbagai paling dinamis (rasio antara maksimum dan minimum intensitas cahaya terukur) dan kemudian dapat digunakan untuk memulihkan foto yang kurang cahaya (under exposed) atau kelebihan cahaya (over exposed) atau bagian lainnya dari suatu gambar.
  • Karena jumlah warna disimpan dalam gambar RAW, sehingga pemilihan jenis Color Space (entah itu sRGB atau Adobe RGB) menjadi tidak penting lagi. Karena Anda dapat mengubahnya sesuka hati dalam proses pengolahan gambar.
  • Tidak seperti JPEG, file RAW memanfaatkan kompresi lossless, yang berarti RAW tidak menderita artefak gambar-kompresi.
  • Anda dapat menggunakan algoritma penajaman (sharpening) yang lebih baik dan lebih kompleks untuk foto-foto Anda saat mengolahnya.
  • Seperti yang saya paparkan di atas mengenai data EXIF, maka file RAW dapat digunakan sebagai bukti kepemilikan dengan data otentik serta membuktikan gambar non-modifikasi. Ini bisa melindungi karya Anda dari para begal-foto, dan ini juga membuktikan bahwa foto-foto Anda bukan rekayasa photoshop.

Kekurangan Format RAW


  • File RAW membutuhkan pasca-pengolahan dan konversi ke file JPEG agar bisa dilihat diperangkat selain kamera Anda (laptop, smartphone, dll). Hal ini tentunya menambahkan sejumlah besar waktu untuk alur kerja. 
  • RAW memakan banyak tempat di memori kamera. Ini berarti bahwa kartu memori hanya dapat menyimpan gambar yang lebih sedikit. Selain itu, Anda juga akan membutuhkan kapasitas RAM dan penyimpanan disk yang lebih besar pada komputer Anda untuk menyimpan gambar berformat RAW.
  • File RAW berbeda data pada setiap produsen. Sebagai contoh, software Nikon tidak bisa membaca file RAW Canon dan sebaliknya. Selain itu, tidak semua software dapat membuka file RAW.
  • Anda harus mengkonversi file RAW ke format yang kompatibel seperti JPEG atau TIFF sebelum Anda dapat menunjukan foto-foto Anda kepada teman-teman atau klien Anda.

Keunggulan Format JPEG


  • Kapasitas (size) gambar JPEG jauh lebih kecil daripada size gambar RAW dan tidak banyak memakan ruang penyimpanan.
  • Karena kapasitasnya yang lebih kecil, sehingga kamera dapat menulis file JPEG lebih cepat, yang meningkatkan jumlah gambar yang dapat ditampung dalam buffer kamera sementara. Ini berarti bahwa jika dibandingkan dengan RAW, Anda dapat menembak pada frame yang lebih tinggi /detik dan untuk waktu yang cukup lama.
  • Hampir semua perangkat modern dan software editing mendukung gambar berformat JPEG, sehingga membuat jenis format ini sangat kompatibel.
  • Kamera digital memberikan pilihan akan kompresi dan ukuran yang berbeda-beda (besar, sedang, kecil) untuk menyimpan gambar JPEG. Artinya ini memberikan Anda fleksibilitas untuk memilih kualitas dan ukuran gambar.
  • Ukuran yang lebih kecil juga berarti lebih cepat dan kapasitas lebih kecil juga.

Kekurangan Format JPEG


  • Algoritma kompresi "lossy" pada format JPEG menandakan bahwa Anda akan kehilangan beberapa detail dari foto Anda. Terutama dalam file yang sangat padat, akan muncul dalam gambar sebagai bentuk "artefak" yang bahkan akan sangat terlihat oleh mata. 
  • Gambar JPEG 8-bit, yang mana menempatkan batasan dari 16 juta warna, menandakan bahwa semua warna-warna lain yang pada dasarnya mampu direkam oleh kamera Anda akan dibuang ketika gambar telah diubah ke format JPEG. 
  • Gambar JPEG juga mengandung berbagai unsur kurang dinamis daripada gambar RAW, yang berarti bahwa untuk memulihkan kondisi pencahayaan yang over atau under atau daerah berbayang pada gambar akan sangat sulit dilakukan dan kadang itu mustahil. 
  • Sejak proses penuh kamera adalah gambar JPEG, setiap pengaturan kamera yang error akan hampir tidak bisa diubah lagi. Misalnya, jika Anda menerapkan terlalu banyak ketajaman detail pada gambar, maka pada tahap proses olah digital akan sulit bahkan mungkin tidak akan mampu melakukan "unsharp" (mengurangi ketajaman detail) pada gambar JPEG.

Semoga pembahasan saya di atas cukup untuk memberikan pemahaman tentang RAW dan bisa menjawab pertanyaan Anda tentang mana yang baik untuk dipilih antara RAW atau JPEG.

Batasi Pengaturan ISO Otomatis
Tips Fotografi - Salah satu keuntungan dan keunggulan yang terlihat pada fotografi digital dibandikan dengan film, adalah kemampuan untuk mengganti pengaturan ISO secara langsung atau otomatis (on the fly). Bagi sobat yang baru dan kurang familiar terhadap halISO di fotografi, satu roll film sudah di atur sedemikian rupa untuk memiliki ISO yang sama dan setelah dipasang di dalam kamera film, maka tidak akan bisa diganti setidaknya sampai semua film habis digunakan, dan itu sekitar 24 sampai 36 jepretan (10 sampai 20 jika pada medium format). Kalo bisa digambarkan maka jika Sobat memasang film dengan ISO atau ASA 100 pada sebuah kamera film, dan memotret pada kondisi pencahayaan rendah, maka kalian akan sulit mendapatkan hasil yang bagus.



Keberadaan sensor digital memudahkan seorang fotografer untuk merubah ISO yang merepresentasikan tingkat kesensitifan sensor terhadap cahaya pada saat memotret gambar demi gambar. Ini merupakan satu keuntungan bagi mereka yang memotret pada kondisi pencahayaan yang sering berubah-ubah. Cahaya terang, remang-remang tidak akan menjadi masalah, Sobat bisa dengan cepat mengatur ISO sebelum memotret dan melihat hasilnya, dan tentunya Sobat tidak perlu khawatir akan terjadinya blur. Manfaatkan fitur yang ada pada kamera kalian perihal ISO ini. Dalam era fotografi digital, Sobat bisa melupakan pengaturan ISO dan berkonsentrasi pada apa yang kalian potret.
Tetapi Sobat jangan terlalu senang dan meremehkan. ISO otomatis atau AUTO ISO memiliki batas sendiri. Faktor utama pembatas ISO otomatis adalah kecenderungan kamera untuk menggunakan ISO tanpa pertimbangan konsekuensi yang dihasilkan. Seperti kita semua tahu, bahwa kamera tidak bisa mempertimbangkan tentang NOISE yang dihasilkan, tetapi tidak bagi penikmat foto-foto kita, dan jika Sobat peduli tentang kualitas seni yang kalian hasilkan, kemungkinan kalian juga tidak terlalu suka dengan adanya NOISE pada foto-foto kalian. 

Sebuah camera mungkin mampu untuk diatur ISO sampai ke 3200, tetapi apakah Sobat sungguh ingin menggunakannya setiap kali memotret? Bagi mereka yang mengatakan 'Tidak' mereka selalu melakukan mempertimbangkan ISO sebelum memotret, sampai pihak manufaktur kamera memberikan timbal balik dengan adanya batas ISO yang digunakan.

Tidak ada yang pernah tahu siapa yang pertama kali memiliki ide tentang batas penggunaan ISO, tetapi awalnya kamera-kamera Nikon memiliki fitur maksimal penggunaan ISO ini, dan pada akhirnya beberapa produsen kamera mengikuti jejak tersebut. Siapa yang pertama kali tercetus ide ini bukanlah hal penting, karena sekarang hampir semua produsen kamera telah menambahkan fitur batas penggunaan ISO secara otomatis pada kamera-kamera sekarang dan di masa depan. Kebanyakan fotografer pemula tidak mengetahui fitur ini, dan seharusnya mereka bisa mengambil keuntungan dan mulai mengingkatkan kualitas foto dengan cara tidak membiarkan pengaturan ISO terlalu tinggi.

NOISE yang berasal dari sensor kamera muncul pada sekitar pentauran ISO 400 atau ISO 800. Hal ini berbeda pada setiap merk kamera tergantung pada ukuran sensor serta produsen. Bagi sobat yang kurang familiar, NOISE bukanlah GRAIN seperti pada era film.GRAIN bisa jadi menarik, tetapi NOISE selalu bisa dikategorikan dengan kata buruk. Gambar di bawah ini mudah-mudahan bisa mewakili hasil NOISE yang muncul akibat pengaturan ISO tinggi. Gambar pertama menggunakan ISO 100, sementara gambar ke dua menggunakan ISO tinggi sekitar ISO 1600

jika Sobat menggunakan mode ISO otomatis (Auto ISO), maka penting sekali untuk membatasi penggunaan ISO tersebut. Coba buka buku manual kamera kalian untuk memeriksa apakah sudah mendukung fitur ini atau tidak, dan untuk mengetahui bagaimana memberlakukan batas maksimal penggunaan ISO di mode otomatis ini.

Penasaran berapa seharusnya batas maksimal Auto ISO? Hal ini tentu bersifat subyektif dan akan tergantung pada suka dan tidak suka. Ambillah beberapa contoh foto dengan menggunakan pengaturan ISO serta pencahayaan yang berbeda. Disarankan untuk mulai tidak lebih dari ISO 400, dan jika Sobat menginginkan pengaturan ISO lebih tingi karena situasi pencahayaan, maka pertimbangkan untuk menaikkan ISO dengan hati-hati.

Cahaya Dan Fotografi

Belajar Fotografi - Cahaya merupakan elemen yang paling penting dan sangat diperlukan dalam fotografi. Cahaya yang tepat akan memberikan 'soul' pada foto-foto Sobat, sedangkan jika salah dalam mengatur pencahayaan, bisa dipastikan akan menghancurkan hasil foto kalian. Fotografer pemula sering kali hanya terfokus pada subyek serta komposisi untuk menghasilkan foto yang bagus, padahal jika mereka sadar apa yang bisa dilakukan oleh cahaya maka foto-foto tersebut bisa mengalami peningkatan secara kualitas. Beberapa pendapat menyatakan bahwa untuk menilai kualitas sebuah hasil foto adalah dengan melihat bagaimana cahaya digunakan untuk menghasilkan foto tersebut.


Untuk Melihat cahaya serta dampaknya terhadap frame kalian, setidaknya sobat harus melihat dan menilainya pada frame yang ada di viewvinder atau LCD kamera. Sobat harus melihat bagaimana cahaya berinteraksi dengan elemen-elemen yang ada di dalam frame. Apakah cahaya membuat subyek mudah dilihat, atau malah mengaburkannya? Apakah cahaya membuat pemandangan menjadi datar? Apakah cahaya yang datang terlalu keras dan cenderung tidak menarik? Apakah menurut sobat subyek akan tampak lebih bagus dengan sumber cahaya lain? Apakah cahaya tersebut lembut dan tersebar? atau apakah cerah serta intens? Apakah cahaya memiliki karakter hangat keemasan, atau bahkan mungkin memiliki warna yang tidak kalian inginkan?

Gunakan LCD pada kamera kalian (jika punya) untuk melihat apa dampak cahaya pada gambar yang akan diambil oleh kamera. Ketika Sobat tidak mendapatkan cahaya yang bagus, pertimbangkan cara lain yang bisa memperbaiki hasil foto kalian, atau jika tidak cari waktu lain untuk kembali memotretnya. Lebih banyak Sobat mencoba memanfaatkan cahaya, maka lebih baik pula foto yang kalian hasilkan.

 

CAHAYA BAGUS = Foto yang lebih baik

Fotografi digital adalah tentang menangkap cahaya pada sensor gambar, lebih bagus cahaya maka potensi foto bagus akan semakin besar. Kualitas cahaya itu sendiri sangat beragam dari ketika matahari terbit di pagi hari sampai terbenam di sore hari. Awan yang bergerak cepat juga bisa merubah kualitas cahaya dari detik ke detik.

Green Bridge

Menikmati setiap jepretan pada subyek dengan berbagai karakter cahaya dan kemudidan melihat hasilnya adalah cara terbaik untuk mempelajari cahaya mana yang tepat bagi subyek foto kalian. Seperti yang kita ketahui semuanya bahwa salah satu keuntungan fotografi digital adalah kemudahan untuk me-review ulang foto-foto kita tanpa biaya tambahan dan pemrosesan, dan sobat bisa dengan mudah membandingkan hasil foto tersebut di LCD atau komputer. Satu hal yang patut diingat adalah cahaya bagus tidaklah konstan, terkadang Sobat harus menunggu momen yang pas untuk menghasilkan foto yang sempurna, atau kalian bisa saja kembali ketempat yang sama untuk memotret sebuah subyek, dikarenakan cahaya kurang bagus ketika pertama kali memotret di tempat tersebut.

 

Memotret saat Sinar Matahari bersinar terang

Cahaya langsung yang berasal dari matahari bisa membuat sebuah foto tampak sempurna atau bisa jadi terasa mengerikan ketika menerangi subyek foto kalian. Memotret dengan kondisi cahaya matahari yang terang sebagai sumber cahaya utama merupakan sebuah tantangan yang besar, mengingat cahaya matahari cenderung kuat. Bisa dipastikan karakter cahaya seperti ini akan menghasilkan foto yang buruk pada subyek apapun. Sinar matahari di siang hari bisa mencitakan kontras yang kuat dengan highlight yang sangat terang serta bayangan gelap. Satu kunci untuk memahami cahaya matahari disiang hari adalah dengan mengerti pentingnya bayangan. Bayangan di tempat yang tepat bisa menciptakan sebuah pemandangan yang kuat dan dramatis. Bayangan yang berada di tempat salah bisa mengakibatkan sebuah subyek atraktif menjadi jelek meskipun dengan komposisi terbaik sekalipun.

Aspek kunci dari sinar matahari siang hari adalah mereka memiliki arah yang sangat kuat. Hal ini berarti bahwa hanya dengan merubah sedikit saja posisi kamera akan memberikan cahaya baru, karena cahaya menerangi subyek dari angle berbeda berkaitan dengan posisi kamera. Dalam beberapa kasus hal tersebut cukup untuk merubah pencahayaan buruk menjadi bagus.

 

Memotretlah di tempat teduh untuk cahaya lebih lembut

Salah satu cara ketika berhadapan dengan cahaya matahari yang kuat di siang hari serta bayangan jelek adalah dengan mencari naungan bagi subyek foto kalian. naungan tersebut merupakan cahaya terbuka tanpa kontras dari cahaya matahari, dan ini berarti cahaya tidak menyebabkan bayangan yang jelas serta highlight. Arah cahaya akan membuah subyek foto Sobat menjadi terlihat lebih tiga dimensi.

Naungan atau tempat teduh ini biasanya berlaku khususnya bagi orang dan bunga. Sobat bisa dengan sengaja mencari subyek-subyek potret yang berada di bawah naungan teduh atau juga bisa menempatkan mereka di bawah naungan, atau jika memungkinan, Sobat bisa menaungi subyek itu sendiri. Mintalah orang lain berdiri untuk menghalangi sinar matahari, bisa juga sobat menggunakan jaket dan kursi untuk menciptakan naungan. Cobalah bereksperimen untuk membuat naungan bagi subyek foto kalian ketika memotret di siang hari yang cerah.

Pastikan Sobat mengatur white balance ke mode 'shade' pada kondisi seperti ini. 'Shade' mengandung banyak sekali unsur cahaya biru yang berasal dari langit, dimana kamera sering kali menonjolkan warna ini. Pengaturan white balance ini menghilangkan cahaya biru tersebut, dan pengaturan white balance 'Auto' seringkali tidak konsisten di tempat teduh.

 

Manfaatkan GOLDEN HOUR

Golden hour merupakan waktu ajaib ketika matahari ada di posisi rendah dekat dengan horizon dan memberikan cahaya yang memiliki karakter warna keemasan, hangat, tetapi hanya akan ada selama Satu jam atau kurang sebelum matahari terbenam. Meskipun sunrise dan sunset menawarkan karakter cahaya seperti ini, biasanya sunset atau matahari tenggelam lebih menawarkan cahaya yang lebih hangat serta mempesona.

Evening

Cahaya seperti ini merupakan cahaya klasik bagi para fotografer profesional yang bekerja di National Geographic atau para sinematografer di perfilman. Cahaya ini akan tampak bagus di hampir semua angle, tetapi cahaya yang kaya warna dan tonal terbaik seringkali datang ketika cahaya berada di samping atau menerangi subyek dari depan. Cahaya siang hari yang menerangi bagian depan pasti akan membuat subyek foto tidak menarik, sangat bertolak belakang dengan saat matahari hampir tenggelam

 

Kendalikan cahaya menggunakan REFLEKTOR

Salah satu aksesoris fotografi yang sangat membantu dan jauh dari kata mahal adalah reflektor. Sobat bisa menggunakan baik itu yang bewarna putih, atau putih abu-abu untuk memantulkan cahaya natural lembut ke permukaan subyek foto kalian. Reflektor bisa beralih fungsi untuk menghalangi cahaya, dan membuat naungan yang efektif untuk mengurangi intensitas cahaya serta kontras tinggi yang berasal dari cahaya langsung siang hari. Reflektor portable yang diperuntukan bagi aktifitas fotografi biasanya bisa dilipat sampai dengan sepertiga bagian dari ukuran maksimal ketika terbuka penuh. Reflektor biasanya ada dua sisi, satu sisi bewarna putih dan lainnya bisa bewarna perak, emas atau perunggu

Reflektor digunakan terutama untuk menambahkan cahaya ke wajah subyek pada fotografi portrait. Sobat selain untuk menambah bayangan bisa juga menggunakan reflektor untuk menambahkan tone warna yang hangat dengan menggunakan sisi warna emas. Reflektor dengan warna perak bisa digunakan pada subyek yang backlit dengan memantulkan lebih banyak cahaya ke dalam bayangan guna mengangkat lebih banyak detail subyek. Reflektor juga bisa digunakan bersama dengan flash serta cahaya yang lain.

 

FILL FLASH pada bayangan kasar

Cahaya terang matahari bisa menyebabkan cahaya kasar pada wajah, dengan bayangan gelap disekitar mata atau pinggiran topi. Satu solusi bisa dilakukan ketika menghadapi kondisi subyek yang seperti itu. Kamera digital saat ini memudahkan kalian untuk memaksa flash digunakan untuk mengisi bayangan kasar tersebut. Beberapa kamera bahkan memiliki fitur pengaturan "fill flash", tetapi yang harus sobat lakukan adalah menyalakan saat memotret, dan cahaya flash akan menerangi bayangan gelap tersebut serta mengangkat detail subyek lebih banyak lagi.

Teknik fotografi ini hanya berlaku pada subyek yang berada cukup dekat dengan kalian, meskipun itu juga tergantung dari berapa kuat cahaya flash yang dimiliki oleh kamera. Fill flash biasanya bekerja dengan baik pada jarak kurang dari 8 sampai 10 kaki. Fotografer profesional sering kali menggunakan aksesoris flash untuk menambah kekuatan flash untuk jarak yang lebih jauh. Fill flash membatasi penggunaan shutter speed.

 

Rubah arah cahaya dengan melepas flash dari kamera

Flash pada kamera juga memiliki keterbatasan, dan cenderung menghasilkan cahaya yang datar dengan bayangan dibelakang subyek, serta seringkali menghasilkan 'red-eye' pada subyek foto kalian. Sobat bisa menghindari masalah-masalah tersebut dengan melepas flash tersebut dari kamera kalian. Untuk DSLr ini berarti sobat harus menggunakan aksesoris flash tambahan seperti extention cable atau bisa juga menggunakan wireless.

Sobat tidak perlu meletakkan flash jauh dari kemera agar menghasilkan foto yangbagus, pegang flash dengan satu tangan di samping dan arahkan pada subyek, maka bayangan yang dihasilkan akan lebih atraktif dibandingkan cahaya flash dari depan. Sobat bisa juga mengarahkan flash pada tembok putih atau sebuah reflektor untuk membuat cahaya dari samping yang lebih soft.

 

Gunakan BOUNCE FLASH untuk pencahayaan di dalam ruangan

Cara lain untuk membuat cahaya lebih atraktif dari sebuah flash adalah dengan memantulkan cahaya tersebut ke dinding, atap, atau reflektor. Dengan memantulkan cahaya tersebut maka berarti cahaya akan tersebar, lebih lembut dan lebih tampak alami atau natural. Sobat membutuhkan sebuah flash yang bisa diarahkan ke dinding atau atap, sudah banyak beredar di pasaran flash yang bisa dirubah arah cahayanya, atau jika tidak Sobat bisa memengang flash tersebut seperti cara yang sudah disampaikan diatas.

Bounce Flash menyerap cahaya yang berasal dari flash. Sobat memerlukan flash yang lebih kuat ketika berada di ruangan yang memiliki atap tinggi dan jauh dari flash. Berhati-hatilah agar sobat tidak berada terlalu dekat ketika memotret subyek dengan bounce flash ke langit-langit ruangan, atau SObat akan mendapati bayangan gelap di bawah mata subyek. Perhatikan juga warna dinding atau langit-langit, jika sobat memantulkan pada permukaan yang bewarna maka warna tersebut akan muncul juga di subyek kalian. Mungkin akan terlihat bagus pada dinding yang bewarna hangat, tetapi pasti akan terlihat mengerikan jika dinding tersebut bewarna hijau.

Mengenal Flare Dan Ghosting Dalam Fotografi


Ketika pencahayaan yang datang dari sumber yang sangat terang seperti sinar matahari ataupun cahaya buatan yang secara langsung mengenai elemen depan lensa kamera, dapat menyebabkan terjadinya refleksi atau pantulan pada elemen lensa, diafragma, bahkan sensor kamera sekalipun. Hal ini bisa berpotensi merendahkan kualitas gambar dan menciptakan penyimpangan cahaya dengan berbagai bentuk yang tidak diinginkan dalam gambar. Dan kasus seperti ini lebih dikenal sebagai "flare" pada lensa.

Efek yang ditimbulkan oleh flare ini dapat berdampak pada gambar dengan beberapa cara antara lain: secara drastis dapat mengurangi kontras pada gambar dengan timbulnya cahaya (over exposure) seperti kabut yang menyelimuti objek, kemudian dapat menimbulkan cahaya melingkar atau setengah lingkaran atau juga "ghosting" dan bahkan beberapa bentuk yang aneh dalam berbagai warna, dan wujud flare ini adalah semi-transparan dari berbagai intensitas warna.

Perlu Anda ketahui bahwa flare tidak selalu diinginkan dalam seni fotografi meskipun kadang-kadang flare juga digunakan secara kreatif untuk menambahkan elemen artistik pada sebuah foto / gambar. Bahkan, efek flare pada lensa sering sengaja ditambahkan ke dalam visualisasi sebuah film dan game PC untuk menambah kesan realisme dan meningkatkan pengalaman visual pada tampilannya.

Apakah flare ini menjadi sebuah masalah atau bukan? jawabannya adalah "relatif", kadang-kadang menggangu pada kondisi tertentu dan bisa saja diperlukan untuk mencapai konsep pemotretan yang diinginkan.

Nah, artikel ini saya rangkum untuk membantu Anda memutuskan apakah Anda akan menggunakan flare pada foto Anda atau tidak. Dan mari kita mencari tahu penyebab flare secara rinci, kemudian membahas cara-cara untuk menggunakannya, mengurangi atau mungkin benar-benar untuk menghindarinya.

1. Flare Pada Lensa (Lens Flare)


Seperti yang saya katakan di atas bahwa flare pada lensa terjadi ketika ada sebuah sumber cahaya yang sangat terang yang menyebabkan terjadinya refleksi internal dalam lensa dan bahkan juga terjadi antara sensor-gambar dengan lensa. Hal itu dapat mengakibatkan banyaknya kabut dan kurangnya kontras, munculnya bentuk lingkaran atau poligon, kadang-kadang berbentuk setengah lingaran dengan warna pelangi, atau bahkan juga kombinasi dari semua bentuk tersebut. Untuk memahami terbentuknya flare silahkan Anda lihat gambar ilustrasi di bawah ini:


Berdasarkan ilustrasi di atas, bahwa "sumber cahaya biasa" (garis merah) mengikuti jalur normal yang langsung mencapai "bidang gambar" (garis hijau). Sedangkan "sumber cahaya tinggi" (garis biru) membagi jalan masuknya dan memantul (refleksi) dari permukaan lensa dan berakhir di bagian yang berbeda dari frame (garis putus-putus biru). Intinya sumber cahaya tinggi ini masuk dengan jalur yang menyimpang sehingga menimbulkan refleksi.

Meskipun ilustrasi di atas menunjukkan masalah lens flare secara umum, namun produsen dan fotografer biasanya mengidentifikasi dua jenis flare pada lensa yaitu: veiling flare dan ghosting flare. Sementara keduanya terkadang juga bisa muncul bersamaan, dan lensa yang baik dengan lapisan elemen depan "multi-coating" secara signifikan dapat mengurangi masalah veiling flare pada foto / gambar.

1.1. Veiling Flare

Veiling flare biasanya terjadi ketika sumber cahaya terang di luar sudut pandang lensa, keluar dari gambar, tetapi sinar cahayanya masih mencapai elemen depan lensa. Hal ini menyebabkan sangat terlihatnya kabut / kurangnya kontras, di mana daerah gelap dari gambar menjadi lebih cerah dengan warna kemerah-merahan (bleeding color).

Lensa berkualitas tinggi dengan elemen multi-coating, dapat membantu mengurangi veiling flare. Seperti yang digunakan oleh lensa Nikon yaitu lapisan elemen teknologi Nano Crystal Coat yang dipasang pada lensa kelas profesional, sangat banyak membantu dalam menjaga veiling flare. Coba Anda lihat foto portrait di bawah ini yang diambil menggunakan lensa Nikon 58mm f/1.4G:


Anda bisa melihat bahwa matahari tepat di atas subjek (anak) dan di luar area gambar, namun sinar cahayanya masih mencapai lensa dan menciptakan veiling flare di sekitar anak dalam gambar. Veiling flare tidak hanya berdampak pada daerah sekitar matahari, tetapi juga memiliki efek drastis pada rambut, wajah dan bahkan pakaian anak, sehingga kontrasnya berkurang. Namun, dalam hal ini veiling flare sebenarnya diperbolehkan untuk tujuan kreasi seperti memberikan sebuah kesan muram dan foto yang cerah.

Sayangnya, dalam beberapa kasus veiling flare ini bisa membuat gambar terlihat sangat buruk oleh sejumlah faktor, seperti debu di dalam lensa, elemen depan yang kotor, filter lensa yang kotor / kualitas rendah, kurangnya anti-reflektif, dll. Coba Anda perhatikan gambar yang dihasilkan oleh lensa tua yang masih menggunakan fokus manual seperti lensa Nikkor-S 50mm f/1.4 Ai:


Seperti yang Anda lihat, lensa jadul ini sangat bermasalah bila menghadapi masalah veiling flare yang membuat seluruh gambar tampak kabur, dengan hampir tidak ada rincian yang terlihat pada subjek manusia dalam gambar. Penyebab utamanya yaitu lensa ini belum menggunakan elemen teknologi multi-coating dan faktor penyebab lainnya adalah debu mikro yang terakumulasi selama bertahun-tahun di dalam lensa yang menyebabkan terjadinya refleksi tambahan. Parah ya??

1.2. Ghosting Flare

Tidak seperti veiling flare yang membuat gambar tampak kabur dengan sangat sedikit kontras, ghosting flare atau hanya disebut "ghosting" menimbulkan penyimpangan cahaya dengan berbagai bentuk artefak pada gambar. Artefak bisa berbentuk lingkaran, poligon (seperti bentuk difragma), setengah lingkaran dan bentuk aneh lainnya. Hal ini bisa saja terjadi akibat refleksi dari sumber cahaya yang terang.

Ghosting menimbulkan puluhan bentuk artefak berbeda dan biasanya muncul berbaris yang berada dalam satu garis langsung dari sumber cahaya terang dan dapat menjangkau seluruh gambar. Coba Anda perhatikan perbandingan 4 gambar menggunakan lensa 70-200mm dengan focal length yang berbeda-beda:


Jumlah ghosting ini bervariasi pada berapa banyak elemen yang ada dalam setiap lensa. Biasanya, lensa yang memiliki lebih banyak elemen, semakin menimbulkan terjadinya ghosting yang muncul dalam gambar. Sejak lensa zoom 70-200mm memiliki desain yang kompleks dengan selusin atau lebih dari 1 elemen, Anda dapat membuktikan sendiri bahwa saat ini cukup banyak lensa yang menderita masalah veiling flare dan ghosting, dan lensa Nikon 70-200mm memimpin pertandingan yang mengidap ghosting dengan jumlah minimum.

Masalah flare dan ghosting ini mungkin bisa saja Anda atasi dengan cara mengatur diafragma lensa ke pembukaan terlebar seperti f/1.4. Tapi hal itu bisa juga menyebabkan terjadinya refleksi internal. Jika ghosting biasanya tidak terlihat pada pembukaan besar seperti f/1.4, tapi akan cukup terlihat pada pembukaan terkecil seperti f/16. Nah, jika Anda melihat ghosting bentuk "poligon" pada hasil foto Anda, perlu Anda ketahui bahwa itu datang dari diafragma lensa.

1.3. Sensor / Red Dot Flare

Seperti yang saya katakan di atas bahwa salah satu penyebabnya adalah cahaya yang memantul antara sensor-gambar dan elemen lensa yang disebut sebagai "red dot flare", atau bisa juga disebut "sensor flare". Tidak seperti flare pada lensa, red dot flare (titik merah) ini bukan hanya soal cahaya yang memantul pada elemen lensa dan diafragma, tetapi juga cahaya yang memantul dari sensor-gambar pada lensa, kemudian kembali lagi ke sensor-gambar. Sayangnya, jenis kamera mirrorless yang baru dengan jarak flange pendek sangat rentan terhadap masalah ini. Berikut ini adalah bagaimana bentuk red dot / sensor flare terlihat dalam gambar:


Perhatikan gambar di atas, selain ghosting dengan bentuk poligon, terlihat juga sekelompok titik-titik merah (red dot) yang mengelilingi cahaya matahari. Itulah yang dinamakan red dot / sensor flare.

2. Faktor-Faktor Terjadinya Flare


Memang sebagian besar lensa modern yang dirancang dengan teknologi multi-coating khusus dapat mengurangi flare. Namun tetap saja pada beberapa lensa kelas profesional yang terbaik masih terlihat adanya masalah ghosting dan veiling flare. Mengapa bisa demikian? Itu karena posisi sumber cahaya dalam frame dan sudut di mana cahaya mencapai lensa lalu masuk ke sensor, memiliki efek drastis pada bagaimana flare muncul dalam gambar dan pada intensitas seperti apa. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga sangat serius bisa mempengaruhi gambar. Mari kita bahas ini secara rinci:

1. Elemen Lensa - kualitas elemen lensa merupakan faktor yang paling sering menyebabkan ghosting muncul pada foto / gambar.

2. Focal Length - lensa sudut lebar (wide-angle) tidak hanya dirancang untuk menangani flare dengan baik, tetapi juga memiliki rentang focal length lebih pendek yang membuat sumber cahaya terlihat lebih kecil. Di sisi lain, lensa tele dengan focal length panjang justru merupakan lensa yang jauh lebih buruk untuk masalah flare, karena lensa tele memperkuat segala sesuatu tentang flare dan oleh sebab itu umumnya lensa ini dibekali "lens-hood" yang lebih besar dan panjang.

3. Desain Lensa - desain lensa yang baik pasti dapat mengurangi lens flare. Sebagai contoh, Nikon telah merancang lensa dengan elemen depan tersembunyi, yang dapat sangat mengurangi flare dan ghosting tanpa menggunakan teknologi coating yang mahal. Coba Anda perhatikan di bawah ini perbandingan antara lensa 50mm generasi lama (D) dan generasi baru (G):


Pada gambar di atas, lensa 50mm generasi terbaru tampak mengungguli dalam menangani masalah flare dan ghosting.

4. Multi-Coating - lapisan elemen lensa "multi-coating (MRC)" pasti memiliki manfaat yang besar untuk mengatasi flare.

5. Filter - filter berkualitas rendah sering disebut-sebut sebagai faktor tambahan yang menciptakan lebih banyak flare dan ghosting pada gambar.

6. Debu Lensa - semua jenis lensa yang menumpuk debu di dalamnya dengan waktu cukup lama, dapat juga menyebabkan lebih banyak masalah veiling flare

7. Kebersihan Elemen Depan - akibat sentuhan jari yang berminyak dan partikel lainnya pada elemen depan lensa, juga dapat menimbulkan flare dan ghosting.

3. Tips dan Cara Menghindari Flare


Jika Anda tidak ingin melihat flare pada hasil foto / gambar Anda, Anda dapat mengambil beberapa langkah sederhana untuk mencegahnya, yaitu:

1. Gunakan Lens-Hood - ini menjadi alasan mengapa lens-hood diciptakan. Lens hood yang dipasang pada depan lensa sangat banyak membantu dalam menghalangi sinar matahari langsung untuk mencapai elemen depan lensa dan menimbulkan flare.

2. Menggunakan Tangan atau Benda Lain - jika Anda tidak memiliki lens-hood, gunakan tangan Anda sebagai tudung lensa untuk memblokir sinar matahari langsung. Ini sebuah metode yang sangat sederhana namun efektif.

3. Gunakan Lensa Berkualitas Tinggi - seperti lensa pro-grade yang mahal, dan rata-rata jenis lensa pro menggunakan teknologi coating yang menakjubkan, yang membantu secara signifikan mengurangi atau bahkan menghilangkan masalah flare.

4. Gunakan Lensa Fix / Prime Aperture Besar- umumnya, lensa fix memiliki formula optik sederhana dan elemen optik yang sedikit. Dan semakin sedikit elemen pada lensa, maka semakin sedikit pula flare akan muncul pada gambar.

5. Mengubah Posisi Angle - kadang-kadang hanya mengubah posisi Anda dalam mengambil gambar untuk menghindari sumber cahaya yang berlebihan, juga dapat membuat perbedaan besar tentang masalah flare (baca di sini tentang angle).

Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan Anda tentang fotografi. Jika artikel ini bermanfaat silahkan di share, dan jangan lupa sering-sering ke blog ini untuk belajar fotografi.

Tips Memilih Lokasi Pemotretan

Tips Fotografi - Ternyata memiliih lokasi pemotretan di luar ruangan tidak se-sederhana yang kita bayangkan. Sobat InFotografi sedikit banyak pasti ada yang pernah merasa sedikit frustasi ketika memilih lokasi pemotretan, lokasi seperti apa sih yang cocok bagi karakter subyek kita? lokasi apa sih yang membuat foto-foto tampak lebih menarik? Pemilihan lokasi yang sempurna bagi subyek memang memerlukan sedikit kerja keras serta perencanaan yang matang. Penting sekali mempertimbangkan lokasi mana yang tepat bagi kalian dan subyek/model agar memberikan sebuah rasa nyaman, dan style pemotretan itu sendiri.
location portrait photography 02
Photo: Mackney

Berikut akan InFotografi berikan beberapa ide yang bisa dipertimbangkan dalam memilih sebuah lokasi pemotretan. Tetapi sebelumnya cobalah ketika Sobat InFotografi keluar atau sedang jalan-jalan biasakan mata untuk mencari tempat-tempat atau lokasi yang menarik dan pastinya Sobat menganggap tempat tersebut memiliki backdrop yang bisa digunakan dalam frame foto kalian, dan buatlah catatan kecil tentang tempat atau lokasi tersebut.

1. LOKASI YANG TIDAK ASING BAGI SUBYEK

Temukan sebuah tempat yang memiliki sebuah kecocokan personal terhadap subyek, bisa jadi lokasi itu adalah tempat favorit atau dimana mereka menyalurkan hobi mereka. Hal ini tentu akan membuat foto lebih memiliki arti dan cerita dan tentunya lokasi yang familiar bisa membantu subyek merasa nyaman saat pemotretan.

2. SISIPKAN SUASANA BERBEDA DALAM FOTO

Lokasi berbeda bisa membantu menciptakan suasana tersendiri bagi foto Portrait kalian. Jadi tidak ada salahnya berpikir tentang apa sih yang ingin Sobat sampaikan dalam foto kalian? sebagai contoh memotret di taman bunga yang bewarna-warni akan memberikan nuansa bahagia dan senang.

3. HINDARI ELEMEN-ELEMEN YANG BISA MENJADI "DISTRACTION"

Meskipun Sobat memotret di dalam lokasi yang menarik, subyek kalian harus tetap menjadifokus utama didalam foto. Hindari background yang bisa mengalihkan perhatian dari subyek, dan cobalah mencari tempat yang sepi sehingga tidak ada orang lain yang masuk ke dalam frame foto.

4. PERTIMBANGKAN PENGGUNAAN BACKDROP.

Ketika sobat berada di tempat pemotretan, cobalah mencari backdrop yang cocok bagi subyek untuk duduk atau berdiri di depannya. Carilah backdrop yang memiliki warna atau pola yang menarik. Teksture juga bisa menjadi backdrop yang memberi ketertarikan tersendiri bagi foto-foto kalian.

Happy hunting Sobat.. 

5 Cara Seorang Night Photographer Melihat Dunia dengan Berbeda

This post is part of a series called Night Photography.
Working With Light At Night
Apakah tepatnya foto malam (night photograph) itu? Saya mendefinisikan night photograph sebagai foto apapun yang diambil di antara senja dan fajar, ketika matahari sepenuhnya berada di bawah garis horizon. Definisi tersebut melingkupi banyak variasi subjek! Pada tutorial ini kita akan menjelajahi beberapa tema night photography yang paling populer, termasuk: tata kota (cityscapes), astrofotografi, kembang api (fireworks) dan petir (lightning). Kita akan memulai, dengan bagaimana night photographer melihat dunia dari sudut pandang yang sedikit berbeda.
Salah satu aspek paling menarik dari night photography adalah karakter hasil gambar yang tidak bisa diprediksi. Tidak seperti bentuk fotografi lainnya, night photo seringkali tidak menunjukkan rahasianya hingga setelah exposure-nya selesai.
Ketidakpastian ini, dalam beberapa bagian, merupakan hasil dari kecepatan shutter yang lambat: kondisi cahaya yang rendah di malam hari memerlukan exposure beberapa detik atau lebih lama. Shutter speed yang lambat akan membantu anda memampatkan durasi waktu yang panjang ke dalam sebuah frame tunggal.
Dengan memilih exposure yang panjang anda dapat memperbesar efek dari kecepatan dan waktu. Dengan exposure yang panjang, setiap objek bergerak menciptakan blur yang disebabkan oleh gerakannya. Ini dapat mengarah kepada hasil yang spektakuler dan menakjubkan!
Sebuah lensa fisheye dan shutter speed yang panjang memperkuat perasaan akan kecepatan dan gerakan.
Saya menyukai perpaduan antara cahaya alami dan buatan dalam kondisi cahaya rendah, khususnya saat senja, dan intensitas warna yang dapat anda alami dalam night photo. Warna - warna yang tampil pada malam hari begitu kaya dan tajam sehingga tampaknya seperti melompat keluar dari gelapnya langit.
Subjek yang paling mudah diraih oleh night photographer adalah tata kota (cityscape). Di saat fotografer lainnya sedang tertidur, kota menyediakan berbagai kesempatan untuk mendapatkan foto - foto untuk anda gali lebih dalam. Ketika saya mencari cityscape potensial untuk dipotret, saya mencari berdasarkan beberapa aspek: waktu, air, dan ketinggian.
Hong Kong light show viewed from the water at night
Hong Kong memiliki banyak peluang bagi night photographer: kota ini dibangun di atas pelabuhan, memiliki beberapa arsitektur luar biasa dan berbagai subjek yang menarik. Subjek lainnya adalah pada setiap malam yaitu pukul 8 saat display cahaya permanen terbesar di dunia menampilkan kaki langit yang mengesankan.
Waktu terbaik untuk memotret kota adalah saat senja. Pada waktu ini anda akan sering mendapatkan warna biru yang muncul di langit. Anda juga akan mendapatkan tonal hangat yang indah saat matahari terbenam dan memendarkan awan. Saya juga lebih memilih untuk memotret saat waktu menjelang malam sebagai kebalikan dari waktu fajar karena tidak banyak aktifitas yang terjadi pada waktu tersebut.
Air memantulkan dan membiaskan cahaya dengan cara yang menarik. Kombinasi antara kota, air dan cahaya campuran memberikan anda sebuah kesempatan fotografi yang luar biasa. Jika terdapat air maka sangat layak untuk menempatkannya dalam komposisi anda.
Tata kota juga tampak bagus setelah hujan turun. Jalanan dan jejak kaki yang basah merupakan permukaan yang sangat memantulkan cahaya dan dapat mengubah pemandangan yang mungkin sebelumnya menjemukan.
Sydney opera house
Tata kota dapat menjadi subjek yang menarik saat dipotret dari posisi yang lebih tinggi, dan saya seringkali mencoba menemukan lokasi dimana saya dapat memotret kota dari tempat tinggi. Jika anda memotret kota dari tanah anda akan seringkali mendapatkan objek tidak diinginkan yang dapat menutupi pemandangan. Dengan meninggikan posisi, anda dapat memisahkan elemen ini dan memberikan mereka ruang untuk bergerak, seperti perahu yang berlayar di sekitar pelabuhan, atau lalu lintas yang meninggalkan jejak cahaya yang buram.
Lightinging over water
Saya dapat memposisikan diri terhadap petir listrik ini saat mendekat namun setelah 15 menit saya harus mencari tempat berlindung karena terlalu berbahaya untuk tetap di luar. Cahaya - cahaya pada horison ini merupakan marker air yang sangat mendalam.
Subjek favorit saya adalah petir. Memotret tampilan alam yang spektakuler ini dapat menjadi sebuah pengalaman yang membuat frustrasi, karena ada sebuah unsur keberuntungan yang diperlukan untuk mendapatkan foto petir. Ketika memotret petir anda tidak punya gambaran dimana atau kapan itu akan muncul, jadi untuk meningkatkan kemungkinan untuk memotretnya anda harus menggunakan shutter speed yang panjang dan memperkecil jarak antar pengambilan gambar sehingga shutter tetap terbuka pada sebagian besar waktu anda memotret.
Mengejar pertunjukan cahaya yang tidak terduga ini dapat sangat membuat ketagihan namun juga bisa mengancam maut. Anda harus berhati - hati untuk memperkecil risiko terhadap diri anda namun juga meningkatkan kesempatan untuk berhasil. Atur kamera anda agar beroperasi secara otomatis saat anda bersembunyi di dalam bangunan atau mobil. Lebih baik lagi, menjauh dari badai jauh lebih praktis dan gunakan lensa normal atau telephoto untuk memperbesar (zoom) ke dalam area komposisi saat petir tersebut muncul. Jika anda harus menggunakan lensa fisheye untuk mendapatkan semua gambar petir anda mungkin akan terlalu dekat dengannya.
Petir dapat terjadi dimana saja, namun itu akan lebih sering terjadi di area dengan kelembaban tinggi dan selama perubahan musim. Carilah waktu terbaik untuk memotret petir di area anda. Beberapa website meteorologi memiliki laman khusus untuk melacak petir. Dengan tetap waspada dan sering memeriksa laporan cuaca anda dapat mengidentifikasi kapan petir berada di dekat anda sehingga anda dapat mempersiapkan diri dengan baik.
Fireworks at night over a bay
Subjek night photography favorit saya yang lain adalah kembang api. Peluang untuk memotret acara pyrotechnic ini biasanya terjadi paling tidak beberapa kali dalam setahun, khususnya di sekitar perayaan liburan seperti malam tahun baru dan hari libur nasional. Kembang api dalam skala besar merupakan event yang sangat ditunggu dan menarik perhatian publik sehingga sangat mudah untuk melakukan perencanaan terhadap event berikutnya.
Pertunjukkan kembang api biasanya sangat ramai sehingga perlu perhatian lebih untuk mempersiapkan terlebih dahulu untuk mengamankan lokasi yang bagus. Jika anda tiba sebelum gelap anda dapat mensurvei lokasi dimana kembang api akan terpusat. Jika pertunjukan kembang api dekat dengan pelabuhan anda perlu mencari tongkang dan mencari posisi anda sehingga anda dapat menyetel kamera sebaik mungkin.
Star trails in the night sky
Advertisement
Astrofotografi merupakan salah satu area night photography yang memerlukan peralatan kamera khusus untuk membuat foto yang lebih kompleks. Anda tetap bisa memulai dengan memotret jejak bintang dasar atau lebih luas menggunakan kamera entry level, tripod dan sebuah lensa cepat.
Untuk meningkatkan kesempatan sukses anda dalam memotret langit malam anda harus menjauh dari kota. Polusi cahaya dari kota membuat memotret langit malam dalam radius yang luas menjadi tidak mungkin. Anda harus menjauh dari kota sejauh mungkin; paling tidak sekitar 150 km dari kota terdekat. Padang pasir terpencil atau area yang tinggi adalah tempat terbaik dan menguntungkan.
Foto jejak bintang secara umum memerlukan waktu exposure yang lama dan ini adalah dimana kamera film memilih kelebihan. Kamera film mekanis tidak membutuhkan tenaga baterai untuk mengaktifkan shutter dan anda dapat membiarkannya terbuka hingga berjam - jam. Kamera digital membutuhkan daya untuk mengoperasikan shutter dalam waktu terbatas. Jika anda berada di area terpencil dan tidak memiliki akses terhadap AC power atau solar panels untuk mengisi ulang daya baterai maka anda memerlukan kamera film.
Anda dapat menggunakan sumber cahaya buatan, cahaya bintang, cahaya bulan dan sisa cahaya matahari selama senja untuk memotret landscape di malam hari. Beberapa sumber cahaya ini sangat memusingkan dan memerlukan shutter speed yang sangat panjang untuk mendapatkan hasil yang baik. Dengan menggunakan sumber cahaya yang berbeda dan landscape alami anda dapat menciptakan gambar indah dengan kualitas surreal.
Anda juga dapat menggunakan sumber cahaya sendiri dan menggambar area yang anda potret dengan cahaya. Dengan menggunakan senter atau bahkan cahaya handphone anda dapat menciptakan gambar menakjubkan yang benar - benar unik.
Night photography merupakan area fotografi yang menakjubkan, dan sebuah pencarian yang memacu eksperimen dan pemikiran di luar kotak. Jangan takut mencoba ide - ide baru, Anda tidak pernah tahu anda yang akan terjadi!